Selasa, 17 Januari 2017

Mencari Pesona Gunung Sindoro Sumbing



Mana yang sindoro mana yang sumbing ya?


Itu yang pertama kali ada di pikiranku ketika sampai di sebuah tempat bernama Embung Kledung. Embung dalam bahasa indonesia artinya adalah sebuah cekungan yang digunakan untuk menampung air hujan pada musim hujan dan membantu pengairan ketika musim kemarau. Embung ini letaknya di  kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung (Tempat internship tercintaku memang indah hoho), makanya namanya Embung Kledung. Sebenarnya tempatnya itu mirip-mirip kolam lele raksasa yang bentuknya cuma kotak dan di tengahnya ada airnya. Tapi... latar dari embung ini adalah lukisan alam berupa dua gunung kembar yang ada di Temanggung, Sindoro dan Sumbing.


Embung Kledung sebelum matahari terbit

Untuk bisa melihat indahnya dua gunung itu kalian harus mendapatkan momen yang sangat tepat. Karena kalau gak gitu, bakal ketutup kabut putih dan yang kelihatan cuma kolam raksasanya aja. Waktu itu aku dan kedua temanku terpaksa menahan rasa ngantuk (apalagi aku yang doyan bangun siang) demi bisa melihat pemandangan kedua gunung itu di pagi hari. Kita dari Temanggung kota jam 4 pagi, dimana matahari masih belum terbit, jalan masih gelap dan harus melewati jalur batu-batu yang lumayan sempit. Namun gak sia-sia... semua terbayarkan dengan latar Embung Kledung yang kayak lukisan. Cantik banget. Kita menunggu hampir setengah jam mulai dari matahari belum tampak sampai akhirnya cerah dan muncullah pemandangan memikat dari gunung sindoro dan sumbing.

Best photo by Sustika

Untuk menuju ke Embung ini dari Temanggung kita menuju ke arah Wonosobo, di jalan raya perbatasan antara dua kota itu (wilayah kledung) nanti kita akan menemukan sebuah pom bensin, setelah pom bensin terdapat petilasan/kuburan di kanan jalan,  sedikit maju kita akan menemukan jalan setapak (kalau gak salah ingat ada petunjuk arahnya). Jalan menuju Embung Kledung sedikit bergejolak dan  cuma bisa dilalui satu mobil. Dari jalan raya sekitar 500 meter.

Tempat ini ada sebenarnya ada biaya masuknya karena terlihat sebuah loket karcis sebelum masuk (fyi, ada toilet umumnya juga, ada tempat parkirnya juga) tapi, kita waktu itu datang ke-pagi-an (sengaja pagi sebenarnya) jadi kita masuk aja tanpa bayar. Di parkiran saat kita menghadap ke arah embung, kita bisa ihat pemandangan yang sepertinya adalah gunung sumbing (ini pakai ilmu sok tahuku setelah googling ya haha) yang katanya terlihat bagian tengahnya yang robek, melengkung ke bawah seperti bibir sumbing sedangkan di arah sebaliknya ada gunung sindoro yang puncaknya lebih lancip. Jadi terlihat kalau kota temanggung adalah jalan yang memisahkan dua gunung itu (yang penting jangan memisahkan kita ya -apaan sih-). Walaupun tempat ini lebih berada dekat dengan gunung sindoro tapi gunung sumbing juga telihat megah dari sini.
Abaikan wajah ngantuknya ya

Saat matahari sudah bersinar dengan benar, kita memutuskan pergi cari tempat lain yang dekat dari sini untuk mendapatkan pemandangan indah, mumpung kabut lagi baik hati gak menampakan dirinya.

Kemana kita? Dengan bantuan mbah Google kita mendapatkan info ada sebuah desa wisata beranama Sedadap. Setelah dari embung kledung kita berputar arah kembali ke arah temanggung, masih di jalan raya Parakan-Wonosobo. Tempat wisata di lereng Gunung Sindoro ini terletak di desa Kwadungan Gunung. Dari info internet petunjuk jalannya adalah setelah melewati sebuah jembatan besar, carilah tulisan 'Wisata Sedadap' di kiri jalan. Yang waktu itu sialnya tulisan dari kayu itu patah sehingga di taruh di bawah (sedih banget, kan?) Sampai kita kesasar dan bolak-balik 2 kali. Untungnya ada mas-mas pom bensin yang lebih bisa dipercaya daripada mbak-mbak GPS bersuara merdu dari Google maps.

Saat akan masuk ke gangnya ada warung yang ternyata sekaligus sebagai loket penjualan karcis. Retribusi masuknya 5000 per orang. Jalannya lebih berbatu dan lebih sempit daripada menuju ke embung kledung. Untung saja masih pagi jadi tidak banyak kendaraan yang menuju ke arah sana. Sebelum sampai ke tempat parkir ada sebuah tanjakan tajam yang enggak bisa dilewati sama mobil, jadilah kita memarkir mobil agak jauh dan berjalan kaki.

Sustika. Aku. David

Karena aku jarang berolahraga maka jalan ke sana benar-benar terasa jauh dan melelahkan. Tapi, sepanjang jalan kita bisa melihat pemandangan gunung sumbing-sindoro dari kejauhan yang tampak indah. Hingga akhirnya sampailah kita di spot foto yang berupa jembatan dan gardu pandang dari bambu dengan latar gunung sindoro (setelah sebelumnya jalan lebih naik karena nyari toilet).

gaya pendaki gunung hoho
Tempat ini berada di ketinggian 1.800 meter yang artinya lebih tinggi daerah posong (tempat wisata yang lebih terkenal tapi, aku malah belum ke sana). Daerah ini banyak di bangun gazebo dan rumah-rumah kecil untuk beristirahat, juga banyak ayunan kayu. Jika datang di saat cuaca mendukung maka gunung akan terlihat jelas dan menyegarkan mata.


Sebelum turun lagi, kita mengisi amunisi dengan beli minuman dan mendoan di warung. Kata ibu penjualnya biasanya banyak pendaki yang camping di sini. Kalau kita ke atas katanya bisa menemukan tempat camp itu tapi, tentu saja kita lebih memilih turun karena capek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Dokter Traveling Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei